Sang Pengelana terus berjalan,
ternyata telah 40 hari berlalu, dan hari yang berat tanpa kehadiran pangeran disisinya dapat dilalui hari demi hari.
Di awal hari sang Wanita Pengelana selalu berdoa,
doa yang sama dan berulang-ulang.
"Tuhan, tolong semoga hari ini lekas berlalu...
Aku tak sanggup Tuhan..."
Tuhan aku sungguh tak sanggup lagi, ini begitu berat.
40 hari meninggalkan Pangeran, dalam tidurnya hanya ada wajah Pangeran,
sedang apa dia disana, apakah dia bahagia, apakah dia bisa memerintah dengan arif?
Banyak pikiran yang terlintas, terutama rindu yang tak terperi.
Akhirnya kesempatan untuk kembali pada negara antah berantah itu datang juga.
Wanita kembali dengan penuh semangat dan senyum bukan hanya mengembang di bibir namun juga dihatinya.
Bagaimana raut bahagia ketika melihat wajah sang Pangeran bertemu kembali dengannya setelah 40 hari lamanya tak berjumpa tanpa ada kabar?
Kuda yang rasanya sudah di pacu maksimal rasanya sangat lama berjalan.
Bak menunggang siput rasanya.
Memasuki gerbang istana, yang terlintas adalah wajah sang Pangeran dengan wajah penuh senyum, dan mata hanya segaris menyambut kedatangan Sang Wanita Pengelana.
Namun ternyata Pangeran tengah pergi, dan bukan hanya pergi biasa.
Namun dengan wanita lain.
Hancur rasanya mengetahui hal tersebut.
Namun bagaimanapun hancurnya hati Wanita Pengelana,
cinta itu tetap tak bisa diusir dari hatinya.
Hingga suatu hari, datanglah pangeran yang pernah singgah di hari Pengelana.
Pangeran itu telah merajai hati pengelana selama 4 tahun.
Mengisi harinya dengan senyum, tangis, suka cita dan semuanya yang indah.
Namun berakhir dengan pengkhianatan karena ternyata Sang Pangeran berjalan dengan wanita lain yang jauh lebih segalanya dari Sang Pengelana.
Sang Pangeran masa lalu, membandingkan apa yang tak dipunyai pada diri Pengelana dengan wanita cantik menawan itu.
Namun terlebih, Ibunda Ratu dan Nenek Permaisuri Sang Pangeran Masa Lalu tak merestui, karena Wanita Pengelana bukan berasal dari kalangan bangsawan yang sederajat.
Bukan pula, berasal dari kalangan orang kaya raya.
Betapa sakitnya hati Pengelana, padahal bayangan pelaminan sudah begitu jelas dan gamblang.
Pangeran dan Pengelana, menikah, memiliki anak-anak yang lucu, and they lived happily ever after....
Namun semua kandas....
Dan kini, cinta Pengelana juga harus kandas karena cita-cita.
Merelakah seseorang yang sudah dirasakan, "ini adalah yang terakhir untukku".
Sungguh sangat berat rasanya.
Membayangkannya sungguh tak sanggup.
Apalagi harus melihatnya, melihat sang Pangeran berkendara dengan kereta kencana bersama seorang gadis manis disampingnya, dan melintasinya begitu saja.
Entah tak mempedulikan namun melihat, tau memang tak melihat keberadaan sang Pengelana.
Sakit sungguh....
Pangeran yang tak tampan,
Pangeran yang bertutur kasar,
Pangeran yang sangat suka berteriak "PELAYANNNNNNNN...." dan memerintah ini itu.
Pangeran dengan dua naga kecil bau dan nakal yang sangat suka menjilat semua orang.
Cita-citaku memang berubah, namun tidak cintaku...
40 hari yang lalu, Pengelana pernah berjanji untuk kembali pada Pangeran setelah tujuh purnama terlewati.
Pada bulan 10 nanti aku akan kembali disisimu...
Namun sekarang dengan keadaan seperti ini,
tak sanggup lagi rasanya aku untuk menggenapi janji itu, terlebih kamu sama sekarang dengan wanita lain.
Wanita yang jauh lebih segalanya.
Aku hanya punya otak,dan semangat.
Dia Wanita itu bukan hanya cantik, seksi, namun juga lebih sederajat, kaya raya.
Haruskah aku terus mencintaimu?
Namun rasanya sungguh sakit.
Dulu aku pikir kamu adalah untukku, rasanya aku dulu hampir memenangkan harimu.
Namun setelah 40 hari akhirnya harus seperti ini.
Kamu hanya diam, tak seperti dulu, tak menegurku, tak mempedulikanku sekuat apapun aku mencoba ramah padamu...
Tak terbendung lagi, bulir air mata perlahan terjatuh lagi...
Padahal dulu aku pernah berjanji untuk tak menangis lagi karena lelaki dan cinta....
Tuhan bantu aku untuk melupakan Pangeran,
untuk tak kembali lagi ke sini, ke istana ini, karena hanya rasa pedih di hati....
Pangeran bahagia, tertawa kembali, namun karena wanita itu, bukan karena wanita Pengelana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar