If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever oh, so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They’ll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I don’t want to live without you.
Nothing’s gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love.
Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through but nothing’s gonna change my
love for you.
If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us like a guiding star
I’ll be there for you if you should need me
You don’t have to change a thing
I love you just the way you are.
So come with me and share this view
I’ll help you see forever too
Hold me now, touch me now
I don’t want to live without you
Senandung lagu lawas itu terus menggema dihati dan bibir sang wanita pengelana.
Telah cukup lama tak berjumpa dengan pangeran sejak sang wanita melihat sang Pangeran berdua diatas kereta kencana, tertawa bahagia, dan sungguh menikmati perempuan berparas ayu itu.
Walau sakit, namun sekuat apapun aku membencinya sungguh aku tak mampu.
Rasa rindu ini terus menerus menyiksaku.
Aku harus tegar, menjadi orang yang kuat, karena pekerjaan adalah pekerjaan.
Dimana tidak ada kelemahan pribadi yang tercampur disana, sebagai panglima apapun yang terjadi harus kuat.
HARUS KUAT...
SIAP....
Apapun pekerjaan yang datang harus siap.
Bukan harus kuat demi siapapun tapi live must go on...
Hidup bukan untuk meratapi semua yang telah terjadi dan berlalu, namun untuk berjuang dan bangkit
Aku pernah berjanji tujuh purnama aku akan kembali kepadamu Pangeran,
dengan mantap aku ucapkan janju itu berulang kali dua purnama lalu.
Namun kini aku tak yakin lima purnama lagi aku akan kembali mengendarai kudaku untuk kembali keistanamu.
Karena aku tak memiliki hatimu, kamu kini menyimpan kebencian padaku, ternyata.
Tak tahukah kamu, rasanya sakit sekali. Inginku melupakanmu namun tak sanggup kumengusir bayangmu dari dalam pikiranku.
Terlebih mengusir dari hatiku.
Hatiku masih ingin selalu dekat denganmu, karena aku merasa kaulah yang terakhir untukku.
Ditengah keterbatasan dan perbedaan ini aku yakin kita bisa bahagia (itu kataku).
Namun aku tak yakin juga hatimu untukku.
Tanpa senyum dan keramahan untukku dimulutmu.
Mungkin aku terlalu sensitif dan mudah sekali ciut hati.
Namun aku merasa kamu begitu membenciku, membenci keputusanku untuk meninggalkanmu.
Mungkin juga aku munafik karena dimulutku aku tak berani selantang hatiku meneriakkan namamu, dan meneriakan aku mencintaimu dengan segenap budiku dan setulus hatiku.
Tembang-tembang mendayu picisan terus menggema dalam hatiku terangkai menjadi sebuah puisi ratapan kegagalan kisah cinta yang kedua kalinya.
Jika aku lelaki maka aku ingin mengatakan ini dihadapanmu.
Entah nanti setelah lima purnama aku akan kembali lagi padamu ataukah aku akan terus menjalani kehidupan ku yang sekarang, walaupun aku tak suka, walaupun terasa berat dan bertentangan dengan nuraniku tapi menjanjikan untuk masa depanku.
Seperti dua kutub magnet yang terus salign tarik menarik serta saling bertolak.
Hidupku seperti itu rasanya...
Jika aku kembali padamu, masihkah aku memiliki kesempatan memperbaiki semuanya, membuat hatimu menjadi milikku lagi. Tapi meninggalkan semua yang ada sekarang juga mustahil.
Setidaknya dengan apa yang ada sekarang telah membuat ayahanda dan ibunda merasa sedikit bangga.
Aku merasa mampu menebus kepergianku dengan menorehkan sedikit rasa bangga dihati dan senyum mereka atas keberadaanku.
Kadang aku berpikir cukupkah hidupku selalu menyenangkan orang lain terus sementara aku merasa tak mampu mengupayakan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan untuk hidupku sendiri. Aku terus menerus berlari dari semuanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar