Seorang bijak berkata,
"seorang wanita tidak akan mudah menangis,
kecuali di depan orang yang amat dia sayangi, ia akan menjadi sangat lemah,
jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
itu berarti ia tidak dapat menahannya lagi,
jika kau memegang tangannya saat ia menangis,
dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu"
Hari ini tanpa sengaja, hanya sambil lalu saja bertemu dengan seorang bijak yang dengan gratis memberikan kata yang sangat indah. Dan seakan menelanjangi hatiku. Rasanya sungguh hebat benar lelaki bijak ini. Apa yang ia katakan tadi seakan memang sengaja untuk menohok hati si Wanita Pengelana.
Jika aku kembali ke masa indah dimana aku masih bersama dengan Pangeran yang tak tampan itu, aku ingat sudah 2 kali aku meneteskan airmata. Sungguh memalukan mengenang itu.
Saat itu adalah saat terberat yang penuh badai dan rasanya sangat gelap, tak ada cahaya sama sekali, dan hampir menyerah rasanya. Sempat berpikir bahwa jika hidup ini berakhir adalah jalan yang terbaik.
Tapi nurani berkata bahwa hanya orang picik yang tak punya nyali yang berpikir seperti itu. Bukan hanya lelah secara fisik tapi juga mental.
Keputusan manakah yang harus aku ambil? Ketika itu aku ingin sekali tinggal disisimu Pangeranku, namun jika aku tetap bersamamu aku tahu aku akan mengecewakan ayahandaku dan ibundaku yang telah ku kecewakan berulangkali dan mereka hanya ingin melihatku sukses.
Walau rasanya seperti menjadi boneka ayahanda dan ibunda, menuruti obsesi mereka, tapi jika itu bisa membuat mereka bahagia, apa mau dikata? Biarlah aku yang terluka dan kecewa.
Dua kali aku menitikkan airmata, bukan hanya sekedar menitik namun membanjiri.
Kamu bilang, "tinggallah disisiku, karena kamu adalah motivasi untukku"
Namun terus saja kau ceritakan kisah klasikmu dengan wanita lain yang sangat jauh dari keadaanku. Walau senyum mengambang di bibir, namun hatiku tak mampu tersenyum seperti bibirku. Ada rasa sakit, dan takut. Apakah benar aku harus tinggal disisimu? Apakah jika aku tetap tinggal disisimu, engkau akan perlahan mencintaiku? Aku tak tahu...
Kadang rasanya sungguh sangat mencintaimu, apapun adamu kamu adalah yang paling sempurna termasuk dengan semua kekuranganmu dimataku kamu tetap sempurna.
Aku pikir kamu adalah orang yang paling tepat untuk ku ajak berbagi,
aku menceritakan semuanya padamu,
bagaimana pergumulan hatiku,
bagaimana rasa batinku,
namun tidak dengan rasa hatiku padamu,
aku tak punya nyali untuk itu karena aku wanita.
Yang kini ku sesali setelah aku semakin jauh darimu, kenapa dulu aku tidak nekad saja mengutarakan rasaku untukmu!
Rasa yang indah dalam hidupku, tapi juga rasa yang sungguh bagai segenggam duri dalam telapak tangan.
Aku tak tahu mengapa aku terdorong untuk mempercayakan isi hatiku padamu, aku hanya percaya bahwa Pangeran yang hampir satu windu lebih dewasa dariku mampu memberikan pandangan yang dewasa, dan jauh bijak melampaui umurku kini.
Tapi kini aku sangat malu mengingat aku telah menangis didepanmu.
Benarkah seperti kata Lelaki bijak itu? Karena aku mencintaimu maka aku menangis dihadapanmu dan mempercayakan air mataku?
Seberapa besarkan cintaku padamu?
Sampai kapan aku akan menantimu dalam ketidak pastian ini?
Apakah aku harus terus berharap bahwa kita bisa berjalan berdampingan dan beriringan menuju altar suci untuk mengikat janji suci pernikahan?
Hatiku sungguh tak mampu berpaling ke tempat yang lain...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar