Aku meh ngendiko sesuatu ya...

Foto saya
Semarang, Jateng, Indonesia
"sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna. Jika aku boleh berandai-andai maka aku ingin hidupku seperti sebatang lilin, yang kecil, namun sangat dahsyat. Mampu memberi dengan sepenuh diri, walaupun konsekuensinya adalah habis tak bersisa."

Minggu, Mei 15, 2011

VIRGINITAS ON MY MIND...

“…Di Indonesia sendiri? Virginitas bagi wanita Indonesia(tidak semuanya), sekarang bukanlah suatu hal yang patut dipertahankan lagi. Saya pernah bertanya pada seorang teman -wanita juga-red- , apa yang menyebabkan wanita tak perlu lagi mempertahankan ke-virgin-annya, ia menjawab “Kalau pria saja bisa mengobral ke-virgin-annya(keperjakaan), mengapa kita harus menjaganya? Saat kita mulai menjalani hubungan itu(pacaran), kita gak pernah tau apakah dia masih(perjaka) atau gak. Lagian bukan suatu hal yang aneh lagi jika di zaman sekarang ini banyak cewek yang gak virgin lagi”. Benarkah jawaban atas semua itu adalah zaman semata?...”
            Hal yang mendasar dan sering banget muncul kaitannya dengan cewek adalah VIRGINITAS! Harga seorang cewek dilihat dari virginitas alias keperawanannya. Mungkin untuk sebagian orang di jaman millenium, hal ini udah ga berlaku (tapi untuk sebagian orang mungkin juga masih). Hal ini seperti ga adil untuk cewek, kenapa cowok bebas aja ML dan ga ada cap buruk untuk itu. Bisa dibilang itu diskriminasi.
            Sebenarnya apa sih yang menyebabkan cewek masa kini begitu rentan kehilangan virginitasnya?
·        Teknolog yang salah kaprah digunakan. Siapa sih sekarang yang ga tau internet, ga pernah sama sekali pegang hape, hampir semua anak dan remaja Indonesia udah melek teknologi. Pada dasarnya teknologi diciptakan oleh manusia untuk mempermudah hidup manusia, namun teknologi menjadi berkonotasi negative, dimana internet selalu identik dengan situs-situs porno dan tempat download gratis film-film bokep, hape bukan lagi menjadi sarana komunikasi semata malah menjadi tempat merekam film dan menyimpan gambar-gambar sensasional.
·        Feminisme yang juga salah diartikan. Dulu pada awalnya, ibu Kartini mencetuskan feminisme atau emansipasi adalah untuk menuntut kesamaan hak antara pria dan wanita. Dimana wanita diperjuangkan haknya supaya boleh juga mengenyam pendidikan setinggi mungkin, wanita boleh juga bekerja seperti laki-laki bukan hanya sekedar “konco wingking” atau teman dibelakang bagi kaum pria. Namun rupanya sekarang? Feminisme mungkin terlalu kebablasan. Aku baca sebuah artikel di www.kirani-putria.blog.friendster.com bahwa di Austria kesalahpahaman mengenai arti kata “Feminisme”, membuat bocah 14 tahun mau bertukar pasangan 3 kali dalam sehari. Ketika ditanya alasannya, kemudian ia menerangkan “Boys can do it, then why we can`t…” saya merasa bangga bisa menaklukan 3 orang cowok dalam sehari. Sebetulnya ga hanya di Austria, ada temen kuliah, beda jurusan dan fakultas, seorang cewek punya stock cowok di Yogyakarta ada, di Semarang ada, di kota lain lagi juga ada. Kaya koleksi deh komplit dari yang polisi, mahasiswa, sampe yang masih brondong ada, dan gokilnya bisa ga ketahuan. Katanya sih emansipasi, sekarang ga jaman lagi cewek jadi mainan dan di double bahkan triple, jadi korban cinta segi banyak. Itu kan jaman dulu pria, seenaknya berganti-ganti pasangan, kemudian menyakiti para gadis, sekarang cewek juga bisa, kan emansipasi!
·        Dari keluarga, salah satunya broken home, dimana situasi ga kondusif banget untuk tumbuh kembang anak. Orang tua sering bertengkar didepan anak, perceraian orang tua yang menhyisahkan trauma, orang tua yang kurang memperhatikan anak karena sibuk bekerja sehingga anak kehilangan kehangatan orang tuanya.
·        Pergaulan anak yang terlalu bebas dan tak terkontrol, pergaulan dengan teman memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh dari rumah ketika seorang anak udah mulai ABG (anak baru Gedhe). Pandangan atau pendapat orang tua dianggap sudah kuno, sudah ga gaul lagi. Apa kata teman, apa yang dilakukan/dicontohkan teman kadang dipandang lebih benar, lebih gaul, lebih masa kini. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan untuk diakui, diterima oleh teman-temannya.
·        Alasan yang lebih parah dan klise lagi adalah kepepet masalah ekonomi. What? Sebagai ekonomi aku ga terima juga sih ekonomi jadi kambing item, selalu aja jadi tumbal. Kenapa? Aku juga ga tau! Tapi ekonomi itu ga salah, yang salah adalah pandangan kita dan cara kita menyikapi masalah ekonomi itu.
            Virginitas… apakah harga seorang wanita hanya ditentukan oleh sebuah selaput yang berada di organ kewanitaan seorang wanita? Apakah inner beauty itu emang hanya sekedar omongan aja? Atau sebetulnya emang berlaku?
Aku melihat sebuah ketidak adilan disini. Bukan berarti aku melegalkan atau meyetujui seorang wanita “mengobral dirinya” untuk memperoleh sebuah kenikmatan sebelum menikah. Tidak sama sekali! Tapi aku memandang kasus yang marak terjadi. Seorang gadis yang biasa disebut “Mawar” atau “Melati” yang keluar dalam berita di berbagai media. Sebut saja “Melati”  berumur 9 tahun diperkosa oleh ayahnya, atau “Mawar” 12 tahun, digilir oleh 4 pemuda mabuk sehabis nonton film porno, dan bunga yang lain yang menjadi korban kebejatan laki-laki yang ga bisa menghargai wanita.
            Sebagai cewek, melihat berita seperti ini reaksiku sungguh TERLALU… kok tega ya? Aku meliht ini sungguh ga adil, seakan-akan ga ada lagi dunia, ga ada lagi masa depan untuk “Mawar” atau “Melati” atau siapalah namanya. Seakan dunia sudah berakhir sejak keperawanannya hilang. Cewek itu menjadi rendah diri, takut, trauma, yang paling parah bisa sampai depresi. Padahal itu bukan salah si cewek. Siapa sih yang mau kalo ditawarin untuk menjadi korban perkosaan? Belum lagi kalo ternyata terjadi kehamilan. Oh… my God! Ga kebayang deh.
            Tapi ada juga kejadian yang menurut aku konyol tapi juga ironis.

Demi HP terbaru 20 siswi SMP nekat jual diri

“Apapun akan dilakukan orang untuk mengejar hasratnya untuk memuaskan keinginannya yang terbatas, bahkan sampai jual diri. Begitulah realitas kehidupan jaman sekarang dimana norma moral dan agama dipinggirkan untuk sekedar memuaskan hasrat duniawi.

Sebanyak 20 siswi sebuah SMP negeri di Tambora, Jakarta Barat, kerap mangkal menunggu pria hidung belang di lokasi prostitusi liar. Para siswi ini nekat terjun ke dunia malam agar memiliki uang dan handphone (HP) model terakhir.
Adanya siswi SMP negeri di Tambora yang menjajakan diri di lokasi prostitusi ini dipergoki oleh guru sekolah bersangkutan. Beberapa waktu lalu, sang guru mengikuti razia wanita pekerja seks komersial (PSK) di Sunter, Jakarta Utara. Razia ini dilakukan aparat Tramtib Pemprov DKI.
Sang guru terkejut ketika salah satu wanita malam yang terjaring razia adalah anak didiknya yang duduk di kelas dua. Si murid mengaku dirinya telah enam bulan menjajakan diri. Dia juga mengatakan ada 19 rekannya yang juga terjun ke dunia malam dan mangkal di lokasi prostitusi liar Kalijodo di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Utara atau tak jauh dari sekolah mereka …” Sumber: http://www.wartakota.co.id
Sungguh benar-benar mencengangkan. Aku bener-bener ga habis pikir! Dari mana sih anak bau kencur kaya gitu, yang kalo tidur aja mungkin masih dikelonin mamahnya punya pikiran untuk menjual diri Cuma gara-gara HaPe keluaran terbaru. Apa sih pentingnya beli HaPe keluaran terbaru dibanding dengan resiko yang akan terjadi, apa ga mikirin gimana kalo ntar ketularan AIDS, atau sipilis, atau penyakit menular sexual lainnya? Atau hamil! Yang dipertaruhkan bukan hanya rasa malu, aja tapi juga masa depan. Pada suatu ketika mungkin orang bisa lupa kalo kita pernah punya aib, kalo kita pernah melakukan kesalahan. Namun apa yang pernah terjadi, apa yang pernah kita lakukan ga pernah bisa ulang dan kita ubah bahkan kita hapus. Yah… mungkin kalo udah kejadian mau diapain lagi! Masa lalu ga mungkin bisa di utak atik lagi, orang sukses bukan memuja kejayaan masa lalu, orang gagal juga bukan ditentukan oleh masa lalu, tapi orang sukses kalo mampu bangkit dari jatuh, sedangkan orang yang gagal adalah orang yang terus menerus berada dalam ketakutan akan gagal lagi.
            Ingat jangan korbanin masa depan, Cuma untuk hal–hal yang ga penting. Sebagai wanita (menurut aku) virginitas itu penting. Namun bukan hanya virginitas fisik yang bisa diukur dari selaput dara, tapi juga virginitas inner kita. Dimana kita menjaga hati, pikiran, segala tingkah laku kita. Memikirkan apa yang akan kita lakukan, apa efeknya juga. Jangan pernah bertindak bodoh, mengorbankan apa yang ada dalam diri kita yang udah Tuhan anugerahkan. Menjual diri hanya ditukar dengan HaPe, atau beberapa lembar kertas warna merah yang sebetulnya ga seberapa kalo disbanding apa yang hilang dari diri kita. Okey galz keep strong n keep fight!
            Oia galz… ga afdol banget kalo ga bahas juga tentang pacaran, hareee gene, basi juga kali kalo masih mengidap penyakit jomblo menahun dan belum pernah ngrasain pacaran. Aku pernah mengalami penyakit jomblo menahun ini, sebetulnya sih, dari pihak intern maksudnya aku sendiri ga terlalu memikirkan cz aku pengen kalo pacaran ntar aja nunggu udah kerja n’ lulus kuliah. Tapi terpengaruh juga sama anak kos, yang rata-rata udah punya gebetan, jadi sedikit ngiri juga waktu lihat ada yang merhatiin kalo lagi sakit, ada yang nganterin jalan-jalan alias jeng-jeng ke Pasar Johar, Simpang Lima, atau maen kemanapun. Terus ada yang diajak makan bareng, ada yang nyariin waktu di kos. Hahaha… aku waktu itu jadi ngiri punya pacar sekaligus miris plus takut bin parno, coz banyak banget temen ku yang pada pacaran terus married by accident, gara-gara udah tekdung duluan.
            Dilematis juga sih, disatu sisi tanpa kita pacaran kita ga mungkin bisa mengenal sosok cowok yang bakal kenal siapa “calon pasangan” kita (sapa tau dia adalah calon suami kita? Who knows?). Kita pasti ga pengen beli kucing dalam karung atau burung dalam sanagkar emas, yang kalo diliat emang perfect, guanteng buanget, tapi innernya? Tanda tanya aja pake besar buanget udah gitu di CTRL+B alias Bold. Tapi disinilah letak keruwetannya, aku ga menghalangi orang buat pacaran atau aku kontra dengan pacaran, coz menurut aku pacaran itu wajar-wajar aja kalo maksudnya masih wajar ga belok-belok dan pacaran adalah area privacy orang, misalnya pacaran tujuannya cuman buat muasin hawa nafsu kaya cipokan, bahkan sampe kepikiran buat ML (amit-amit jabang bebeh…).
            Pacaran sah-sah aja, kecuali seudah merujuk pada pandangan agama tertentu, yang memang pacaran itu tidak diperbolehkan. Namun inget juga, pacaran tetep beda buanget dengan nikah. Pacaran itu cuman tahap penjajagan (eits bukan penjajahan!), dimana dua individu saling mengenal, mempelajari karakter masing-masing yang emang beda banget. Terus lagi dalam pacaran itu masih sama-sama individu yang bebas, jadi masih ada kemungkinan untuk pisah, ga mengikat satu sama lain. Maksud tidak mengikat bukan berarti boleh selingkuh atau punya pacar cadangan or buka cabang dimana-mana, tapi ikatan bahwa si cowo atau cewe harus nurut, harus memenuhi keinginan satu sama lain termasuk hasrat beradegan ranjang. Mengikat untuk melegalkan segala tindakan terlarang mengatas namakan cinta.
            Love is blind alias cinta itu buta, kalo kita udah mencintai mungkin apa aja bisa kita lakukan, semua halal untuk mendapatkan cinta itu. Statement ini mungkin yang bikin terjerat, ga selamanya cinta itu buta. Namun mungkin hati dan akal sehat kadang terbutakan. Membuat terperdaya menyerahkan keperawanan tanpa ikatan apapun, karena takut ditinggal si pacar. Padahal pacar yang baik itu justru ga menginginka kita, tubuh kita yang teutama. Mau kita gendut, item, rambut kita ga di rebonding, kurus kaya tiang, kalo emang cinta dia akan menerima kita apa adanya, nerima kita satu paket, baek-buruk, dalam keadaan apapun. Kalo ada cowo yang nyuruh kita diet, ikut senam pelangsingan, atau malah minta cium bahkan ajak tidur… langsung aja ga usah pake mikir deh TENDANG AJA (KE LAUT). Hahaha…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar