Aku meh ngendiko sesuatu ya...

Foto saya
Semarang, Jateng, Indonesia
"sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna. Jika aku boleh berandai-andai maka aku ingin hidupku seperti sebatang lilin, yang kecil, namun sangat dahsyat. Mampu memberi dengan sepenuh diri, walaupun konsekuensinya adalah habis tak bersisa."

Senin, Agustus 08, 2011

Cinta yang sempurna


Cinta yang sempurna


Ketika kita memiliki pasangan, atau pernah memiliki--bagi yang masih menjomblo, baik jomblo kembang ataupun jomblo kronis dan mendekati stadium 4—sedang menapaki hubungan baru menjadi sebuah pasangan, yang pasti kita inginkan adalah mendapatkan service cinta yang sempurna. °°°♥♥♥°°°°°(¬.¬)” hmmm... service dalam konotasi positif... bukan sebuah service seperti pelayanan seorang pelayan pada majikan. Katanya cinta adalah pelayanan tanpa syarat, memberi tanpa mengharapkan imbalan, bagai sang surya menyinari dunia, bagai jamu dengan 1000kg gula (^_^)°♪ yang ada hanya manis, paitnya belum kerasa. Hehehehehe bukan skeptis atau sinis, namun jika dimabuk cinta rasanya memang seperti itu kan?

Semua tampak indah dan sempurna.
Namun sampai kapan kesempurnaan itu akan bertahan, tak selamanya orang mampu dan hanya menunjukkan wajah manis malaikat. Orang pasti memiliki sisi negatif, sebuah kekurangan. Wajar dan sangat manusiawi,karena pasangan kita bukan dewa, bukan pula malaikat tanpa cacat cela.
Demikian juga kita sebagai pasangan mereka, ketika pasangan kita menuntut kita menjadi sempurna seperti bayangan mereka, tak jarang yang ada kita marah, ga terima coz’ merasa dibandingkan dengan orang lain, atau sangat tersinggung kenapa pasangan kita ga bisa menerima kita apa adanya, “kaya dia paling sempurna aja”.


Pengalaman gagal membuatku sedikit banyak mampu bicara tentang cinta walaupun hanya sedikit dan mungkin ga bisa dipandang tepat untuk semua situasi, sekali lagi karena ini dunia Fridolin, maka aku menulis dari sudut pandang yang subjektif. JJJ


Ketika dulu awal menjalani hubungan yang ada adalah semua terlihat sangat manis, karena belum tampak kepribadian masing-masing individu. Apapun yang di katakan selalu menyenangkan, apa yang aku minta akan selalu di “iyakan”, sendiko dawuh lah... Tapi seiring jalannya waktu, setelah mengenal watak masing-masing terutama karena watak keras kepala sama-sama gedhe. Mulai muncul ketidak cocokan, “kenapa si dia kok sekarang gini, padahal dulu ga deh...” Wajar!
Bahkan ketika suatu hubungan bukan lagi berjalan pada hitungan bulan namun sudah tahun, hal seperti ini adalah wajar. Lalu yang ga wajar yang kaya apa dong? Yang ga wajar adalah menuntut pasangan kita menjadi seperti bayangan kita padahal dia tidak seperti itu. Simple-nya adalah menjadikan pasangan kita objek bukan menjadi subjek lagi, parah lagi adalah objek realisasi khayalan kita tentang pasangan yang ideal.

Misal pasangan kita kalo dandan sering “harajuku” dalam konotasi yang berbeda dari style harajuku yang ada. Misal pake baju warna Merah, ikat pinggang kuning, celana ijo dan sepatu biru macam lagu anak-anak “pelangi-pelangi”. Atau gaya 80’s poenya Atau kebiasaan aneh yang menurut kita ga banget. Lalu kita punya gambaran kalo punya pasangan harus trendy, dandy, wangi dan up to date. Dan mengubah dengan paksaan dimana-mana kalo “cinta” harus berubah dong.

Atau suatu ketika, jalan ke mall, si doi ni cuman apa adanya yang secara harafiah. Habis bangun tidur siang, cuman cuci muka, jalan dengan celana pendek lecek, kaos oblong, sandal jepit sedangkan kita udah prepare wangi, dan dandan abis. Kadang dongkol banget pastinya kan?
Kenapa si cowo kita kaya gini banget...

Hm mari kita tinjau lagi, sebetulnya pasangan kita juga mungkin merasakan hal yang sama. Ada beberapa bagian dalam diri kita yang buat dia sangat ga enak, Cuma bedanya lebih mudah untuk cewe bilang “kamu tu ya... bla...bla...bla.......” sementara untuk cowo hal ini ga mudah sis.

Kadang ketika cewe ngambek jurus andalannya sering keluar dan bikin cowo skak mat---ti kutu ga bisa gerak ga bisa ngapa-ngapain, Cuma bisa garuk2 ala monyet padahal ga gatel. Kata andalan cewe adalah “kamu kok gitu, ga sayang lagi ya ma aku? Ato ada cewe lainnya ya? Ayo ngaku!” sambil menunjukkan muka memelas dan wajah terlipat sewidak rolas.
Matilah kau... hahahahaha... dijawab justru bikin masalah tambah runyam, ga dijawab rasanya gatel bukan main.

Beginikah wajah cinta yang sempurna, selalu menuruti apa yang kita mau?
Mungkin bukan seperti ini....


Atau misal, ketika si cowo yang terlalu cinta malah menjurus jadi sangat posesif dan protektif. Si cewe kemana-mana kalo ga sama si cowo ga boleh, naek motor sama temen laki-laki lain ga boleh, katanya mending jalan kaki biar sehat sekalian olah raga, atau mending ngangkut karena kalo naik motor takutnya jatuh atau nambah kemacetan dijalan dengan menambah populasi motor dijalan.
Atau si Cowo marah minta ampun ketika si Cewe ga balesin sms, bbm, ga ol di fb atau tweet nya.
Ampun deh... pokoknya berasa punya centeng.
Beginikah wajah cinta yang sempurna?


Atau ketika seorang laki-laki berjanji akan menjaga wanita pujaan hatinya yang ada adalah si laki menjaga si cewe “dalam tidur” alias ditidurin dan yang terjadi malah “tekdung” tralalalaala... serong kanan serong kiri LALALALALALALALA...


Banyak wajah cinta yang bisa diperlihatkan pada kita, masing-masing versi, masing-masing kisah dan sangat berbeda.

Orang begitu fasih memuja cinta dalam berbagai bahasa, dan tak pernah habis. Begitu indah dan menyentuh. Begitu puitis dan menghanyutkan. Dan cinta begitu identik dengan kasih sayang antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah relasi entah pacaran, pernikahan atau HTS sekalipun.
Ketika kita menyebutkan kisah cinta yang sempurna, kenapa jarang sekali yang terlintas untuk pertama kali kasih sayang seorang ibu pada anaknya? Padahal itu adalah kasih yang pertama kita kenal dan paling utama, bahkan ketika kita menua dan sudah menjadi orang tua kasih orang tua kita pun masih akan berlaku.
Ketika sebuah kisah dalam pacaran-katakan seperti itu-berakhir maka tak jarang yang terjadi adalah kisah yang indah berubah menjadi sangat pahit, bahkan bisa jadi benci.
Ketika perceraian terjadi dalam sebuah rumah tangga, tak terlihat lagi pernah ada kasih diantara dua orang tersebut, bahkan ikatan yang ada hanya karena anak sebetulnya males banget.


Jadi inget kata dosen waktu kuliah dulu, Mr Gun-dul (hehehehehe...), kita adalah sebuah generasi yang kurang cinta. Begitu gampang orang mengatakan cinta tapi pada dasarnya dia ga pernah paham apa cinta yang sesungguhnya.
Kalo cinta ga akan pernah ada korupsi, karena akhirnya yang dia sengsarakan bukan Cuma citra dirinya namun nama orang tua, keluarga, istri/suami, anak pun akan menanggung malu dan getah atas perbuatannya.
Kalo cinta ga mungkin orang dengan mudah melakukan aksi nekad dan sadis atas nama agama atau aliran tertentu dan justru menewaskan banyak nyawa ga berdosa.
Dan sedikit menyinggung, kalo cinta ga mungkin kalian akan tega nyontek dan membohongi orang tua kalian ngasi nilai bagus hasil contekan.... Hahahahahhaaha....

Dulu mungkin omongan ini Cuma omongan dosen sekedar curhat dosen karena lelah ngajar berkelas-kelas. Tapi sekarang setelah hampir 2-3 tahun berselang, kok ya ada benernya juga ya omongan dosen Kakeknya Shinchan (karena botak).

Ketika sekarang masuk dunia kerja, semua begitu terasa.
Bekerja dengan cinta dan kebanggaan dan bekerja karena terpaksa.
Lebih enak kerja dengan cinta, karena hal sesulit apapun akan terasa lebih mudah dan semua akan cepat berlalu (ini lagi nyoba!) hehehehe... Tapi beneran rasanya beda, ketika awal kerja tanpa rasa, karena terpaksa, karena terikat kontrak material yang sangat tinggi nominalnya, karena takut pada bayangan akan gagal dan ga sanggup yang ada waktu begitu lama. Padahal rentang waktu kerja sehari bisa lebih dari 8 jam di kantor. Berangkat Pagi pulang petang.
Namun sekarang, aku ga bilang aku sudah bisa menikmati semua, kadang ketika ada masalah kerjaan yang sangat rumit dan udah butek banget rasanya masih pengen kabur aja. Tapi sekarang semua terasa lebih ringan, lebih berani memandang kedepan dan berkhayal menancapkan cakar disini.
See... Cinta yang sempurna juga bisa muncul di manapun bukan? Sekarang si masih tetep berusaha cinta dengan kerjaan, ladang tempat mencari nafkah dan nantinya bergantung untuk survive.

Atau cinta dalam versi lain...
Apa cinta dalam versimu?
Hidupmu sebetulnya adalah cinta, karena cinta kamu ada hingga sekarang. Jadi buat jombloers, jangan bilang ga punya cinta. Hidupmu penuh cinta Cuma dengan versi berbeda. Nikmati aja apa yang ada....

Yah.... Cinta... cinta... cinta...

Salam sejuta cinta...

2 komentar:

  1. kini aku telah mendpat cinta yang sejati dan sempurna. aku akan selalu menjaga cinta yang sempurna ini untuk Tuhan, Keluarga, dan Seorang wanita yang ada dihatiku sampai selama-lamanya,..Kami juga sudah berencana menyatukan cinta kami melalui sakramen thn 2013.Amin...

    BalasHapus
  2. oh... selamat deh.... turut bahagia

    BalasHapus