Aku meh ngendiko sesuatu ya...

Foto saya
Semarang, Jateng, Indonesia
"sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna. Jika aku boleh berandai-andai maka aku ingin hidupku seperti sebatang lilin, yang kecil, namun sangat dahsyat. Mampu memberi dengan sepenuh diri, walaupun konsekuensinya adalah habis tak bersisa."

Jumat, Agustus 05, 2011

all about nyambut gawe...

Sebuah pilihan selalu menimbulkan resiko.
Akan selalu ada hubungan sebab akibat yang timbul.
Dan setiap pekerjaan serta keputusan yang diambil pasti akan selalu mendatangkan akibat.

Sound serious-(saaaaa)... hahahahahaha... Alias terdengar sangat serius.

Beberapa hari terakhir menemui kendala dikerjaan yang menguji kesabaran, kekuatan, dan keteguhan.

Rasanya udah  mau nangis aja dan kabur sekabur-kabur-kaburnya dari kantor. Ada titik terendah dimana sulit sekali rasanya untuk bangkit lagi dan terus berjalan, seakan ga ada jalan keluarnya. Dan udah siap-siap kena damprat Juragan, pokoknya pikirannya udah paling buruk aja.


Laporan akhir bulan selalu bisa bikin senewen berat, apalagi kalo udah masuk ke laporan pinjaman terus laporan perkembangan dan keragaan unit. Oh My Goat is Shaun the sheeps, paringono kecerdasan ekstra. Beberapa bulan terakhir, dilaporkan telah terjadi kesalahan sistem sehingga sistem penarikan laporan harian ga bisa lancar terutama pelaporan neraca harian. And taraaaaaaa... hasilnya 2 bulan terakhir laporan akhir bulan jadi kacau minta ampun.
Seakan belum cukup kemarin malah terjadi miss comunnication instruksi soal program promo pembukaan "simpanan pihak ketiga berjangka", disamarkan untuk menutupi identitas karena bisa melanggar kode etik karena menyebut MERK! hahahahah...

Ceritanya lagi ada program promo kalo buka simpanan pihak ketiga berjangka ini alias SPKB selama bulan promo yaitu 1 agustus mpe oktober akhir bisa dapet "kembang" alias bunga lebih tinggi dari biasanya. Dan tanpa ada konfirm dari cabang, ternyata promo diundur. JEDUENKKKK... padahal udah ada nasabah yang buka. Ohhhhhhh.... NO!!!!

Jadilah sebuah masalah yang menyita seluruh pikiran dan hati sepanjang hari kemarin dan sisa hari ini,karena miss komunikasi, bukan sekedar miss lagi mungkin tapi udah terputusnya saluran komunikasi. Melelahkan sekali...

Rasanya udah mau nyerah aja.

Tapi berdasarkan sesi refresh week end lalu soal training motivasi, jika kita ingin menghancurkan sebuah batu besar, bahkan lebih besar dari raja kingkong hanya dengan palu dan wungkal, bukan dengan penghancur listrik atau sejenisnya. Maka yang harus dilakukan adalah harus tekun memukul batu itu, jika sampai 99 pukulan batu itu ga pecah lalu berhenti maka yang terjadi adalah batu itu ga akan bisa pecah. Tapi jika dipukulan keseratus kita masih mau nyoba mukul lagi, ada dua kemungkinan, MAAF ANDA GAGAL atau berhasil. Dan pecah!
Dan ternyata yang terjadi adalah batu itu pecah dipukulan keseratus tersebut.

Menjadi menarik adalah bukan karena pukulan ke seratus semata batu itu pecah, tapi andil besar pukulan pertama hingga ke sembilan puluh sembilan yang udah kita lakukan.
Mungkin yang terjadi sekarang bisa dibilang tepat banget dengan ilustrasi itu (cieh... kerennya bisa setelah 7hari langsung aplikasi sesi motivasi). Kalo mundur, karena masalah ini mundur terus nangis, tiap ada masalah mundur kaya keong ditiup angin, kadang kepikiran juga kekuatan dan ketahanan seseorang jika diuji terus menerus pasti ada celah dimana akan pas mengena dititik terendah. Ketika pas nancep dititik sensitif itu maka Blash.... semua benteng pertahanan yang dibangun sangat kuat pun bisa bobol dan runtuh.
Masih manusiawi tak pikir ketika kita dihadapkan pada satu sikon dimana kita merasa kita sangat lemah. Merasa bahwa seluruh kekuatan kita sudah ga mungkin lagi namun yang terjadi adalah sebuah tuntutan bahkan harus dihadapkan dengan dead line yang menuntut kita untuk mau ga mau harus mampu dan mau ga mau harus selesai.

Hidup selalu dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit, yaitu pilihan untuk "melakukan" alias bertindak.
Bukan lagi dua pilihan untuk sekedar memutuskan untuk ya atau tidak, benar atau salah, itu memang sebuah masalah kompleks juga. Tapi semua pertanyaan yang bertolak belakang, positif-negatif, ya-tidak ayng selalu berlawanan itu akan berujung pada sebuah tindakan.
Apapun keputusan kita, kalo cuma jadi sebuah keputusan sama aja sebuah gong yang dipukul, hanya ada gaung tanpa irama, tanpa ada makna (mungkin seperti ini ilustrasinya).
Setelah kita berpikir maka pikiran itu ga akan berguna jika ga ada wujud nyatanya alias cuma jadi sekedar omongan, tukar pikiran, sekedar kontemplasi pikiran tanpa REAL ACTION.

Kadang dan bukan hanya kadang, seringkali apa yang kita lakukan yang menurut pemikiran kita udah bener, berdasar logika berdasar hati juga ga ada yang dirugikan malah bisa dibilang jadi good solution, jadinya malah sebuah masalah besar karena ada benturan dengan hal lain yang bertentangan.
Apalagi hal ini terjadi ditempat kerja.

Merasakan kantor adalah hidup udah berjalan hampir lima bulan, kantor adalah rumah pertama. Menghabiskan waktu hampir 10 jam kadang bisa lebih (dan sebuah kemewahan ketika bisa pulang on time) mau ga mau harus membuat suasana kantor menjadi sebuah rumah bukan hanya untuk fisik tapi untuk hati.
Bukan menjadi sekedar tempat pagi datang pulang petang. Benturan dengan teman kantor akan selalu ada, rambut bisa sama hitam, bahkan boleh juga sama merk cat rambut, lebih ekstrim lagi di cat dengan warna sama, disalon yang sama, di waktu yang sama. Tapi didalamnya pasti akan ada perbedaan adat, pikiran, kebiasan dan yang paling penting watak.
Ga cocok dengan satu atau dua kebiasaan, cara ngomong, pembawaan rekan kerja sangat wajar. Orang kalo nikah tinggal seatap, berbagi ranjang dan segalanya aja masih ada ga cocoknya, masa iya cuma temen kerja yang kasarnya adalah orang asing, orang baru yang masuk dalam hidup kita karena terjebak satu tempat kerja yang sama demi duit dan nafkah masa ga terjadi friksi2.
Wajar, yang ga wajar adalah ga mau memaklumi teman kita, rekan kerja kita juga punya batasan. Punya kekurangan, punya batas kemampuan, punya waktu tersendiri dimana ada saat dimana sedang down dan sangat ingin autis alias hidup dengan pikiran dan duniannya sendiri.
Lebih parah lagi ketika harus bertemu teman kerja yang seneng "berkicau" alias ngoceh sana-sini, jilat atas injek bawah, sikut kanan kiri (amit-amit jangan sampe ketemu orang macem gini!). Belum lagi ketemu orang yang mau tau urusan orang, atau orang yang ga tau apa-apa cuma liat sekilas langsung seneng bikin hipotesa dan bikin asumsi2 sendiri, terus nyebar gosip yang lama-lama makin digosok makin sip yang isinya ngejelek-jelekin orang lain. Hufh... menyebalkan sekali.
Heran kadang, kalo ketemu rekan kerja model burung. Seneng ngoceh melulu. Apalagi selain ngoceh juga melanggar privasi orang, sibuk menyelidiki orang lain, sibuk menilai orang lain tapi ga pernah bisa menilai diri sendiri.

Banyak hal yang baru. Dunia kerja memang ajib... Beda 180 derajat dibanding dunia kuliah, dunia main-main, dunia ababil hahahahaha...
Ada 1001 kisah yang bisa ditemukan ditempat kerja. Macem-macem model. Karena ditempat kerja banyak yang kita temui dan yang kita layani. Bukan cuma nglayani atasan, tapi juga teman kerja, melayani orang lain ex.nasabah, costumer, pelanggan, dll.
menempatkan diri pada tempat yang pas mungkin adalah cara yang terbaik. Ga mencampuri urusan orang lain, ga usah sibuk nyari muka sana-sini. Toh muka kita masih nempel dikepala dan ga ilang. Bukan jadi si abu-abu juga, bukan si putih atau si hitam. Tapi menjadi orang yang bisa menempatkan emosi, perilaku yang pas solusi paling ampuh deh...
Omongan mulai nglantur kemana-mana nih...
Udah dulu ah..
C U


<3 <3<3



Tidak ada komentar:

Posting Komentar